TEMI SETYOWATI (2025) MENELISIK IDENTITAS HYBRID DAN RUANG KETIGA GEREJA URBAN DALAM KONTEKS EKLESIOLOGI GEREJA KRISTEN JAWA BEKASI. Thesis (S2) thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.
![]() |
Text (Thesis Filsafat Keilahian)
50230164_Bab1_bab5_daftar Pustaka.pdf Download (7MB) |
![]() |
Text (Thesis Filsafat Keilahian)
50230164_Bab2-sd-Bab4_Lampiran.pdf Restricted to Registered users only Download (4MB) | Request a copy |
Abstract
Sebagai salah satu pendeta GKJ Bekasi, penulis mengamati realitas komposisi jemaat yang multigenerasi dan multikultural di tengah konteks urban. Generasi perintis GKJ Bekasi, mayoritas perantau Jawa, kini mulai menua, sementara anak dan cucu mereka yang lahir dan tumbuh di Bekasi cenderung tidak lagi menggunakan bahasa maupun budaya Jawa secara aktif. Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran identitas kultural yang kompleks dan berlapis, ditambah dengan meningkatnya pernikahan lintas suku dalam jemaat. Penelitian ini bertujuan menelusuri bagaimana jemaat GKJ Bekasi mengonstruksi identitas kultural mereka, menelaah bentuk-bentuk hibriditas yang muncul, serta menilai bagaimana Majelis jemaat merespons ketegangan identitas tersebut dalam pengambilan kebijakan. Dengan pendekatan penelitian pustaka dan lapangan, ditemukan bahwa identitas jemaat tidak bersifat tetap, melainkan dibentuk melalui proses negosiasi antara budaya asal, nilai kekristenan, dan budaya urban tempat mereka hidup. GKJ Bekasi tampil sebagai gereja dengan identitas hybrid yang mencerminkan keberagaman, keterbukaan, dan dinamika kehidupan kota. Fenomena ini menunjukkan bahwa eklesiologi yang relevan bagi GKJ Bekasi adalah eklesiologi hybrid sebuah model gereja yang inklusif, dinamis, dan berakar pada pengalaman konkret jemaat. Eklesiologi hybrid dibangun atas pertemuan antara liquid ecclesiology (Pete Ward), konsep Belonging (Diana Butler Bass), dan teori Third Space (Homi K. Bhabha), yang menekankan pentingnya ruang dialogis, negosiasi identitas, serta keterlibatan aktif dalam komunitas. Dalam konteks ini, gereja menjadi “Ruang Ketiga” tempat spiritualitas dan nilai-nilai budaya saling berinteraksi dan membentuk kesadaran kolektif. Pendekatan ini juga sejalan dengan prinsip from below dan terbuka terhadap transformasi lintas batas budaya dan agama, sebagaimana dimensi eklesiologi transeklesial kosmis yang diusulkan oleh Stella Pattipeilohy, meskipun dalam lingkup lokal yang lebih partikular. Dengan demikian, eklesiologi hybrid menjadi pendekatan teologis yang relevan dan kontekstual bagi gereja urban seperti GKJ Bekasi dalam merespons tantangan dan peluang di era keberagaman.
Item Type: | Student paper (Thesis (S2)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Identitas Hybrid, Eklesiologi Hybrid, Ruang Ketiga, Liquid Ecclesiology, Belonging, GKJ Bekasi |
Subjects: | B Filsafat. Psikologi. Agama > Teologi Praktis |
Divisions: | Fakultas Teologi > Magister Filsafat Keilahian |
Depositing User: | Gabby Sembiring |
Date Deposited: | 01 Oct 2025 06:53 |
Last Modified: | 01 Oct 2025 06:53 |
URI: | http://repository.ukdw.ac.id/id/eprint/10121 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |